PART 1
Setiap pagi Aku, Kak Bagas, Mama dan Papa selalu sarapan bersama di meja makan kesayangan keluarga kecilku itu. Setelah makan biasanya Aku dan Kak Bagas selalu pamit untuk pergi ke sekolah bersama, ia Aku dan Kak Bagas satu sekolah, Aku kelas X dan Kak Bagas kelas XII. Kami selalu berangkat sekolah bersama, ketika Aku sakit Mama dan Papa selalu saja panik, apalagi Kak Bagas, hal itu selalu membuatku ingin tertawa.
Namun kini telah berubah, kebahagian yang menyelimuti hari-hari kami telah sirna, semua berawal dari kecelakaan pesawat yang merenggut nyawa Mama kami. Iya, setelah peristiwa itu semua berubah, Papa jadi jarang pulang ke rumah dengan alasan banyak meeting di luar kota, Kak Bagas sudah bukan Kak Bagas yang selalu penuh kasih sayang. Karena kejadian itu juga aku jadi dipandang sebelah mata oleh teman-temanku di sekolah. Tiap pagi, aku harus jalan kaki kesekolah untuk menghemat uang jajan karena Papa sudah jarang sekali memberi uang jajan untukku, siangnya aku sudah harus bekerja disebuah restaurant milik keluarga sahabatku Dhea, untung aku masih mempunyai sahabat seperti Dhea, yang selalu memenemaniku suka maupun duka dan menerimaku apa adanya, sebenarnya Dhea selalu ingin memberikan uang untukku secara cuma-cuma hanya untuk meringankan bebanku, namun aku tak ingin merepotkan Dhea, dan akhirnya aku bekerja di Restaurant milik keluarga Dhea. Sore menjelang malam aku sudah selesai bekerja, aku pun bergegas pulang untuk belajar dan menyelesaikan tugas sekolahku. Hari sudah larut malam, Jam di dinding kamarku sudah menunjukan pukul 12, tiba-tiba suara ketukan pintu yang sangat keras terdengar dari luar "Pasti ini Kak Bagas" gumamku dalam hati. Ternyata benar saja itu Kak Bagas yang sudah aku nantikan sejak sore tadi, dengan keadaannya yang setengah sadar aku mulai bertanya pada dirinya "Kak Bagas kenapa baru pulang? ini sudah jam berapa?" "Hehh! Ririn kamu siapa hahh? berani-beraninya ngebentak kakak sendiri. Mau jadi adik durhaka kamu hahh?" dengan nada tinggi dan penuh amarah untuk pertama kalinya Kak Bagas memarahiku, sontak saja aku terkejut dan tanpa disadari air mataku mulai membasahi pipi dan aku langsung berlari ke kamar tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada Kak Bagas. Fikiranku pun mulai melayang, tidurpun jadi tak tenang, dalam tangis aku berusaha memberontak diri "Hiks.. hiks..hiks..barusan Kak Bagas benar-benar membentakku atau itu hanya pengaruh alkohol saja??!!" "Mama, mengapa disaat-saat seperti semua orang yang aku sayang malah pergi meninggalkan ku?! Aku benci semua ini ma, aku benci!!" sesaat aku sudah mulai tenang dan aku pun tertidur.
Keesokan paginya.........Namun kini telah berubah, kebahagian yang menyelimuti hari-hari kami telah sirna, semua berawal dari kecelakaan pesawat yang merenggut nyawa Mama kami. Iya, setelah peristiwa itu semua berubah, Papa jadi jarang pulang ke rumah dengan alasan banyak meeting di luar kota, Kak Bagas sudah bukan Kak Bagas yang selalu penuh kasih sayang. Karena kejadian itu juga aku jadi dipandang sebelah mata oleh teman-temanku di sekolah. Tiap pagi, aku harus jalan kaki kesekolah untuk menghemat uang jajan karena Papa sudah jarang sekali memberi uang jajan untukku, siangnya aku sudah harus bekerja disebuah restaurant milik keluarga sahabatku Dhea, untung aku masih mempunyai sahabat seperti Dhea, yang selalu memenemaniku suka maupun duka dan menerimaku apa adanya, sebenarnya Dhea selalu ingin memberikan uang untukku secara cuma-cuma hanya untuk meringankan bebanku, namun aku tak ingin merepotkan Dhea, dan akhirnya aku bekerja di Restaurant milik keluarga Dhea. Sore menjelang malam aku sudah selesai bekerja, aku pun bergegas pulang untuk belajar dan menyelesaikan tugas sekolahku. Hari sudah larut malam, Jam di dinding kamarku sudah menunjukan pukul 12, tiba-tiba suara ketukan pintu yang sangat keras terdengar dari luar "Pasti ini Kak Bagas" gumamku dalam hati. Ternyata benar saja itu Kak Bagas yang sudah aku nantikan sejak sore tadi, dengan keadaannya yang setengah sadar aku mulai bertanya pada dirinya "Kak Bagas kenapa baru pulang? ini sudah jam berapa?" "Hehh! Ririn kamu siapa hahh? berani-beraninya ngebentak kakak sendiri. Mau jadi adik durhaka kamu hahh?" dengan nada tinggi dan penuh amarah untuk pertama kalinya Kak Bagas memarahiku, sontak saja aku terkejut dan tanpa disadari air mataku mulai membasahi pipi dan aku langsung berlari ke kamar tanpa mengucapkan sepatah kata pun pada Kak Bagas. Fikiranku pun mulai melayang, tidurpun jadi tak tenang, dalam tangis aku berusaha memberontak diri "Hiks.. hiks..hiks..barusan Kak Bagas benar-benar membentakku atau itu hanya pengaruh alkohol saja??!!" "Mama, mengapa disaat-saat seperti semua orang yang aku sayang malah pergi meninggalkan ku?! Aku benci semua ini ma, aku benci!!" sesaat aku sudah mulai tenang dan aku pun tertidur.
-----BERSAMBUNG-----
Hai! tulisan pertama aku di blog dan cerbung pertama aku juga nih :v Maaf aja kalo ada yang merasa sama alur ceritanya, tapi ini bener-bener hayalanku sendiri kok. Jadi maaf yaaa..
Ini masih abal-abal, mohon commentnya :v
See u next part! gatau bakal nge'post kapan lagi hahahah
mana lanjutannya :v
BalasHapustunggu, ceritanya ber'part :)
Hapuslanjut gek
BalasHapussiappp!
Hapusditunggu sob :)
BalasHapus